Mengatasi Pengangguran Gen Z di Tengah Krisis Iklim: Peluang Karir di Pekerjaan Hijau

 


Generasi Z (Gen Z), yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, saat ini sedang berada di pusat badai dua krisis: krisis iklim yang semakin memperburuk kondisi alam hari ini dan pengangguran yang menghantam ekonomi global. Di Indonesia, tantangan yang dihadapi generasi muda ini sudah tampak di depan mata. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2023, sekitar 9,9 juta orang dari total 44,47 juta penduduk Gen Z berada dalam kategori NEET (not in employment, education, or training). Kondisi ini semakin diperparah oleh efek domino dari perubahan iklim yang menghancurkan sektor-sektor tradisional seperti pertanian dan pariwisata, yang menjadi tulang punggung ekonomi di banyak wilayah.


Berdasarkan 'Laporan Gen Z Indonesia Tahun 2024' yang diterbitkan oleh IDN Research Institute. Terungkap berbagai prioritas kekhawatiran Gen Z Indonesia terkait isu sosial-politik, dimana ketimpangan sosial menjadi perhatian utama Gen Z, diikuti oleh kesehatan mental, pendidikan, dan perubahan iklim. Tingkat kepedulian yang relatif rendah di kalangan Generasi Z terhadap perubahan iklim di Indonesia memang dapat dikaitkan dengan adanya isu-isu mendesak lainnya dalam konteks negara berkembang. Misalnya, banyak individu dalam generasi ini mungkin lebih mengutamakan masalah yang dekat dengan kehidupan mereka daripada perubahan iklim.

Namun, di tengah tantangan-tantangan tersebut, ada harapan yang muncul melalui pekerjaan hijau—sebuah solusi yang tidak hanya membantu mengatasi pengangguran tetapi juga mendorong agenda keberlanjutan global. Di saat krisis iklim merusak ekonomi tradisional, ekonomi hijau justru menawarkan peluang besar bagi Gen Z untuk menemukan pekerjaan yang bermakna, berkontribusi pada pelestarian lingkungan, sekaligus membangun masa depan yang lebih berkelanjutan.


Krisis Iklim dan Dampaknya pada Pengangguran Gen Z


Perubahan iklim tidak hanya mengancam ekosistem global tetapi juga ekonomi dunia, termasuk Indonesia. Kenaikan suhu global, perubahan pola cuaca ekstrem, dan bencana alam yang semakin sering tidak hanya berdampak pada lingkungan tetapi juga menghancurkan sektor-sektor vital yang menyediakan lapangan kerja bagi jutaan orang. Di sektor pertanian, misalnya, perubahan iklim telah mengganggu pola tanam dan produksi pangan, yang berujung pada menurunnya produktivitas dan hilangnya pekerjaan di pedesaan. Bencana banjir, kebakaran hutan, dan kekeringan yang makin sering terjadi juga menghancurkan infrastruktur ekonomi lokal, mengakibatkan penurunan aktivitas ekonomi yang signifikan.


Gen Z Indonesia memandang perubahan iklim sebagai tantangan kolektif yang membutuhkan tindakan yang lebih luas di luar tanggung jawab individu. Dalam survei tambahan dengan 50 responden, mayoritas (88%) menyatakan perubahan iklim harus dianggap sebagai masalah yang serius. 


Di kawasan metropolitan Jakarta, polusi udara menjadi ancaman kesehatan serius bagi jutaan orang. Di daerah lain, kabut asap akibat kebakaran hutan mengganggu aktivitas sehari-hari dan meningkatkan risiko kesehatan bagi masyarakat. Di Indonesia, polusi udara merupakan penyebab kematian kelima setelah hipertensi, tekanan darah tinggi, diabetes, dan merokok. Diperkirakan sekitar 123.000 kematian setiap tahun di Indonesia terkait dengan polusi udara. Informasi ini menyoroti perlunya tindakan cepat dan efektif untuk menangani masalah polusi udara demi melindungi kesehatan masyarakat.


Pariwisata, yang menjadi salah satu sumber utama pendapatan di wilayah seperti Bali dan Lombok, juga tidak luput dari dampak krisis ini. Kerusakan ekosistem, seperti terumbu karang yang terancam oleh pemanasan laut, menyebabkan penurunan daya tarik wisata dan merugikan ribuan pekerja di sektor tersebut.


Menurut Bank Dunia, perubahan iklim bisa menghapus hingga 20% dari PDB beberapa negara di Asia Tenggara pada akhir abad ini jika tidak ada intervensi serius. Gen Z, yang baru saja memasuki dunia kerja, akan berada di garis depan dampak ini, mengalami kesulitan besar dalam mencari pekerjaan yang stabil dan sesuai dengan keterampilan mereka.



Tantangan Finansial yang Mengancam Masa Depan Gen Z


Selain menghadapi tantangan pengangguran, Gen Z juga harus berhadapan dengan realitas finansial yang suram. Biaya hidup yang terus meningkat, ditambah dengan berkurangnya lapangan pekerjaan yang layak, memicu ketidakpastian di kalangan generasi muda. Mereka tidak hanya khawatir tentang kemampuan mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang layak, tetapi juga tentang bagaimana mereka bisa memenuhi kebutuhan dasar seperti tempat tinggal, pendidikan, dan transportasi.


Data dari Bank Dunia menunjukkan bahwa pandemi COVID-19 telah menyebabkan kerugian besar dalam hal prospek pendapatan masa depan bagi generasi muda. Efek jangka panjang dari gangguan pendidikan dan ekonomi selama pandemi diperkirakan akan mengurangi pendapatan tahunan mereka sebesar US$408 hingga US$578 di masa depan. Kecemasan finansial ini semakin diperburuk oleh ketidakpastian ekonomi global, yang membuat banyak anak muda merasa tidak memiliki kendali atas masa depan mereka.


Pekerjaan Hijau sebagai Solusi: Peluang Nyata di Tengah Ketidakpastian


Di tengah berbagai tantangan yang dihadapi oleh Gen Z, pekerjaan hijau muncul sebagai salah satu solusi yang menjanjikan. Pekerjaan hijau mengacu pada pekerjaan yang mendukung transisi ke ekonomi yang lebih berkelanjutan, mengurangi emisi karbon, dan melestarikan ekosistem alam. Dengan semakin tingginya kesadaran global terhadap pentingnya keberlanjutan, permintaan untuk pekerjaan di sektor ini terus meningkat.


Laporan World Economic Forum menyebutkan bahwa pekerjaan di sektor hijau diperkirakan akan tumbuh secara eksponensial dalam dekade mendatang, seiring dengan meningkatnya investasi dalam energi terbarukan, pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, dan inovasi teknologi lingkungan. Bagi Indonesia, ini adalah peluang besar. Pemerintah Indonesia telah menetapkan target ambisius untuk mencapai netral karbon pada tahun 2060, dan pencapaian target ini membutuhkan tenaga kerja yang memiliki keterampilan hijau.


Peluang Pekerjaan Hijau yang Menjanjikan:


  1. Konsultan Keberlanjutan: Perusahaan di berbagai sektor semakin menyadari pentingnya praktik bisnis yang ramah lingkungan, dan konsultan keberlanjutan menjadi semakin dibutuhkan. Mereka bertugas untuk membantu perusahaan merancang dan mengimplementasikan strategi yang mengurangi jejak karbon serta meningkatkan efisiensi energi.
  2. Ilmuwan Lingkungan: Di era perubahan iklim, peran ilmuwan lingkungan menjadi sangat penting. Mereka memantau kondisi lingkungan dan memberikan solusi ilmiah untuk mengurangi dampak negatif terhadap alam. Permintaan untuk ahli lingkungan diperkirakan akan tumbuh sekitar 8% pada dekade ini.
  3. Kreatif Hijau: Selain sektor teknis, bidang kreatif juga memiliki peran besar dalam transisi hijau. Desainer, penulis, dan seniman yang fokus pada isu lingkungan membantu menyampaikan pesan keberlanjutan kepada masyarakat luas. Mereka menciptakan kampanye, produk, dan karya seni yang menginspirasi tindakan nyata dalam menjaga lingkungan.
  4. Teknisi Energi Terbarukan: Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, dan hidro. Peluang untuk bekerja sebagai teknisi dan ahli dalam pemasangan serta pemeliharaan teknologi energi terbarukan sangat besar.


Mengubah Tantangan Menjadi Peluang


Di tengah berbagai ketidakpastian yang dihadapi oleh Gen Z, pekerjaan hijau menawarkan jalan keluar yang tidak hanya berkelanjutan tetapi juga bermanfaat bagi ekonomi dan lingkungan. Gen Z, sebagai generasi yang paling terdampak oleh krisis iklim, juga memiliki kesempatan untuk menjadi agen perubahan dalam perjuangan melawan perubahan iklim. Dengan keterampilan yang tepat, mereka bisa memanfaatkan peluang di sektor hijau untuk membangun karir yang bermanfaat dan berkontribusi pada dunia yang lebih baik.


Pekerjaan hijau bukan hanya tentang mengurangi jejak karbon, tetapi juga tentang membangun masa depan yang lebih adil, sejahtera, dan berkelanjutan—sebuah masa depan yang seharusnya bisa dinikmati oleh seluruh generasi, termasuk Gen Z.


Saya harap kawan-kawan mendapatkan manfaat dari artikel ini. Ilmu pengetahuan itu bisa diperoleh dari manapun, namun yang terpenting ialah menyelaraskan ilmu pengetahuan yang kita peroleh dengan sebuah tindakan.


Sumber:

  1. Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS)
  2. Bank Dunia
  3. Indonesia Gen Z Report 2022: Understanding and Uncovering the Behaviour, Challenges, and Opportunities
  4. IDN Research Institute
  5. World Economic Forum


Baca juga :

#BelajarBerkaryaBerbagi 


Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.